Mendongeng.
Suatu cara menyampaikan pesan dengan bercerita hal yang tidak benar-benar terjadi, dengan maksud memudahkan seseorang menerima pesan itu dan terus terekam dalam memorinya.
Cara ini sudah sangat jarang dilakukan, bahkan cenderung ditinggalkan, oleh para orang tua kepada anak-anaknya atau oleh para guru kepada murid-muridnya.
Namun tidaklah demikian bagi Pendidik Sejati. Sebagai seorang pendidik sejati yang tetap masih menggunakan cara tersebut.
Diberbagai kesempatan, ditengah memberikan nasihat -seorang pendidik- tidak jarang menyelipkan sebuah dongeng.
Satu diantara dongeng yang menjadi favorit, yang pernah diceritakan oleh pendongeng sebelumnya, adalah dongeng “adu lari kancil dan keong”, yang diceritakan dengan gaya dan senyum yang khas….kurang lebih beginilah kisahnya :
Suatu ketika, kancil yang dikenal cerdik dan lincah geraknya, menantang adu balap lari kepada keong yang secara ukuran fisik dan kelincahan gerak tentu saja jauh lebih kecil dan lebih lamban dari sang kancil. Suatu tantangan yang sarat dengan “pelecehan”, yang sepertinya tidak ada jawaban lain : pastilah sang kancil yang akan memenangkan lomba lari itu. Diluar dugaan kancil, keong tidak gentar dan menerima tantangan itu.
Esok harinya, dipagi yang cerah, bersiaplah kancil dan keong digaris start untuk memulai lomba lari itu. Jarak dan rute yang harus ditempuh sudah disepakati.
“Satu…duaa…tigaaa…”.
Dan mulailah mereka berlari. Kancil lari melesat kencang, jauh meninggalkan keong yang pelan.
Setelah yakin jarak sudah jauh, kancil menghentikan larinya, untuk istirahat dan berteduh dibawah rindangnya pohon sambil makan mentimun kesukaannya. Setelah cukup lama, untuk mengetahui dimana posisi keong, kancilpun berteriak memanggil:
“Keeeoooonggg…??”. Tidak lama ada suara “Kuukk..”, jawaban dari keong yang terdengar jauh di depan kancil.
“Aahhh…mana mungkin dia sudah ada di depanku??”, kancilpun kembali berlari sekencang-kencangnya.
“Sekarang pasti keong sudah jauh dibelakangku”, begitu keyakinan kancil sambil berteriak, “Keeooonggg…??”…lagi-lagi terdengar jawaban “kuukk..” dari keong dan jauh di depan kancil.
Dan kejadian itupun terus berulang, saat kancil memanggil,”keooonggg….??”, selalu ada jawaban “kuukk..” dari keong yang terdengar jauh di depan kancil.
Sampai akhirnya kancil kelelahan dan mengaku kalah. Dia akui kemenangan keong dan salut atas kegigihannya….
Apa rahasia di balik itu? Kenapa keong sangat “pede” menerima tantangan kancil? Ternyata sehari sebelum lomba, keong mengumpulkan para “sahabat keong” yang tidak sedikit jumlahnya. Mereka berunding menyusun strategi bagaimana cara mengalahkan kancil.
Dan ditetapkanlah cara itu. Disepanjang rute yang dilalui, ditempatkan “sahabat” keong untuk bersembunyi, berderet dengan jarak yang telah diatur sedemikian. Sehingga ketika kancil berteriak “keeooongg…” maka menjadi tugas keong yang ada di depan kancil untuk keluar dari persembunyian dan menjawab “kuuukk..” Karena bentuk dan warna “para sahabat” keong ini sama, kancil menyangka itu adalah keong yang satu, yang dia tantang berlari.
Demikianlah dongeng beliau…belakang hari, baru saya menyadari bahwa dongeng itu untuk menyampaikan pesan Ilahi :
Tetaplah bersabar dan bersemangat…wahai para “sahabat” keong….