Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang paling menentukan sukses tidaknya suatu organisasi.
Oleh karena itu, organisasi dituntut untuk mengelola sumber daya manusia yang dimiliki dengan baik demi kelangsungan hidup dan kemajuan organsiasi. Dengan demikian keberhasilan dalam proses operasional organisasi sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dalam hal ini adalah karyawan. Kontribusi karyawan bagi organisasi sangat dominan, karena karyawan adalah penghasil kerja bagi organisasi. Dalam hal ini selain kedisiplinan, dan juga sikap dalam bekerja, etos kerja merupakan salah satu aspek yang tentunya mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia dalam sebuah industri.
Menurut Webster’s New Word Dictionary,
3rd College Edition, etos didefinisikan sebagai kecenderungan atau karakter ; sikap, kebiasaan, keyakinan yang berbeda dari individu atau kelompok. Bahkan dapat dikatakan bahwa etos pada dasarnya adalah tentang etika. Etika Merupakan nilai Universal yang dimiliki semua bangsa, dan tidak hanya dimiliki oleh bangsa – bangsa tertentu saja. Nilai-nilai etika yang dikaitkan dengan etos kerja seperti rajin, bekerja, keras, berdisplin tinggi, menahan diri, ulet, tekun dan nilai-nilai etika lainnya bisa juga ditemukan pada masyarakat dan bangsa lain. Kerajinan, gotong royong, saling membantu, bersikap sopan misalnya masih ditemukan dalam masyarakat kita. Perbedaannya adalah bahwa pada bangsa tertentu nilai-nilai etis tertentu menonjol sedangkan pada bangsa lain tidak. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia etos kerja ialah semangat kerja yg menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok.
Sebenarnya kedua pengertian ini hampir selaras, dengan maksud yang sama. Yang dapat kami simpulkan sendiri mengenai etos kerja, ialah ” suatu sikap dan semangat pegawai dalam menjalani pekerjaannya yang memiliki ciri khas tertentu”.
Menurut Didit Darmawan (Staf Pengajar Program Pascasarjana STIE Mahardhika Surabaya), Semangat kerja dapat diartikan sebagai semacam pernyataan ringkas dari kekuatan-kekuatan psikologis yang beraneka ragam yang menekan sehubungan dengan pekerjaan mereka. Semangat kerja dapat diartikan juga sebagai suatu iklim atau suasana kerja yang terdapat di dalam suatu organisasi yang menunjukkan rasa kegairahan di dalam melaksanakan pekerjaan dan mendorong mereka untuk bekerja secara lebih baik dan lebih produktif.
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Semangat Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya semangat kerja adalah
Minat seseorang terhadap pekerjaan yang dilakukan. Seseorang yang berminat dalam pekerjaannya akan dapat meningkatkan semangat kerja
Faktor gaji atau upah tinggi akan meningkatkan semangat kerja seseorang
Status sosial pekerjaan. Pekerjaan yang memiliki status sosial yang tinggi dan memberi posisi yang tinggi dapat menjadi faktor penentu meningkatnya semangat kerja
Suasana kerja dan hubungan dalam pekerjaan. Penerimaan dan penghargaan dapat meningkatkan semangat kerja
Tujuan pekerjaan. Tujuan yang mulia dapat mendorong semangat kerja seseorang
Semangat kerja tidak selalu ada dalam diri karyawan. Terkadang semangat kerja dapa pula menurun. Indikasi-indikasi menurunnya semangat kerja selalu ada dan memang secara umum dapat terjadi. Menurut Nitisemito (1992), indikasi-indikasi tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1. Rendahnya produktivitas kerja
Menurunnya produktivitas dapat terjadi karena kemalasan, menunda pekerjaan, dan sebagainya. Bila terjadi penurunan produktivitas, maka hal ini berarti indikasi dalam organisasi tersebut telah terjadi penurunan semangat kerja.
2. Tingkat absensi yang naik atau tinggi
Pada umumnya, bila semangat kerja menurun, maka karyawan dihinggapi rasa malas untuk bekerja. Apalagi kompensasi atau upah yang diterimanya tidak dikenakan potongan saat mereka tidak masuk bekerja. Dengan demikian dapat menimbulkan penggunaan waktu luang untuk mendapatkanpenghasilan yang lebih tinggi, meski hanya untuk sementara.
3. Labour turn over atau tingkat perpindahan karyawan yang tinggi
Keluar masuk karyawan yang meningkat terutama disebabkan karyawan mengalami ketidaksenangan atau ketidaknyamanan saat mereka bekerja, sehingga mereka berniat bahkan memutuskan untuk mencari tempat pekerjaan lain yang lebih sesuai dengan alasan mencari kenyamanan dalam bekerja. Manajer harus waspada terhadap gejalagejal seperti ini.
4. Tingkat kerusakan yang meningkat
Meningkatnya tingkat kerusakan sebenarnya menunjukkan bahwa perhatian dalam pekerjaan berkurang. Selain itu dapat juga terjadi kecerobohan dalam pekerjaan dan sebagainya. Dengan naiknya tingkat kerusakan merupakan indikasi yang cukup kuat bahwa semangat kerja telah menurun.
5. Kegelisahan dimana-mana
Kegelisahan tersebut dapat berbentuk ketidaktenangan dalam bekerja, keluh kesah serta hal-hal lain. Terusiknya kenyamanan karyawan memungkinkan akan berlanjut pada perilaku yang dapat merugikan organsasi itu sendiri.
6. Tuntutan yang sering terjadi
Tuntutan merupakan perwujudan dari ketidakpuasan, di mana pada tahap tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan. Organisasi harus mewaspadai tuntutan secara massal dari pihak karyawan.
7. Pemogokan
Pemogokan adalah wujud dari ketidakpuasan, kegelisahan dan sebagainya. Jika hal ini terus berlanjut maka akan berunjung ada munculnya tuntutan dan pemogokan. Sebaliknya ada beberapa penyebab rendahnya semangat kerja karyawan. Hal ini terkait dengan kurang diperhatikannya pengaturan kerja mengenai disiplin kerja, kondisi kerja dan kekurangan tenaga kerja yang terampil dan ahli dibidangnya. Steers et al. (1995) mengemukakan mengapa seseorang tenaga kerja tidak menyukai pekerjaannya sendiri yaitu :
Pekerjaan yang terpecah-pecah
Kerja yang berulang-ulang
Terlalu sedikit menggunakan keterampilan
Daur kerja pendek
Kerja remeh serta tidak adanya dukungan sosial
Meningkatkan Semangat Kerja
Ada beberapa cara untuk meningkatkan semangat kerja karyawan. Caranya dapat bersifat materi maupun non materi, seperti antara lain :
Gaji yang sesuai dengan pekerjaan
Memperhatikan kebutuhan rohani
Sekali-kali perlu menciptakan suasana kerja yang santai yang dapat mengurangi beban kerja
Harga diri karyawan perlu mendapatkan perhatian
Tempatkan para karyawan pada posisi yang tepat
Berikan kesempatan pada mereka yang berprestasi
Perasaan aman menghadapi masa depan perlu diperhatikan
Usahakan para karyawan memiliki loyalitas dan keperdulian terhadap organisasi
Sekali-kali para karyawan perlu diajak berunding untuk membahas kepentingan
bersama
Pemberian insentif yang terarah dalam aturan yang jelas
Fasilitas kerja yang menyenangkan yang dapat membangkitkan gairah kerja